Mengenal Lebih Dekat Hipertensi: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengelolanya
Oleh: Junaidi, SGz
(Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Dietisien Universitas Esa Unggul)
Hipertensi bukan hanya penyakit, tetapi juga faktor risiko utama bagi berbagai kondisi serius. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah yang tinggi, terutama sistolik ≥115 mmHg, secara signifikan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, dan gagal jantung. Risiko ini lebih terkait dengan tekanan sistolik daripada diastolik. Tekanan darah sangat tinggi (>180/110 mmHg) atau lonjakan cepat, seperti pada eklampsia, dapat melampaui kemampuan tubuh untuk mengatur aliran darah mikro, menyebabkan kerusakan mikrovaskular akut, sindrom hipertensi berat, atau krisis hipertensi yang bisa mengancam nyawa, termasuk pendarahan otak 1.
Apa Itu Hipertensi?
Hipertensi adalah kondisi medis yang ditandai dengan tekanan darah sistolik ≥130 mmHg atau diastolik >80 mmHg, dan merupakan salah satu penyakit kronis paling umum. Peningkatan tekanan darah ini dapat menyebabkan stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal. Meskipun definisi hipertensi telah berkembang, umumnya disetujui bahwa tekanan darah ≥140/90 mmHg memerlukan pengobatan dengan target penurunan hingga 130/80 mmHg atau lebih rendah2.
Penyebab Hipertensi
Hipertensi dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk riwayat keluarga, jenis kelamin, dan usia. Individu dengan keluarga yang memiliki hipertensi lebih berisiko mengalami kondisi serupa. Pria cenderung mengalaminya lebih awal, sementara wanita berisiko meningkat setelah menopause. Usia juga berperan karena tekanan darah cenderung naik seiring bertambahnya usia. Faktor yang dapat dikendalikan meliputi pola makan tinggi natrium dan lemak, yang dapat meningkatkan tekanan darah melalui obesitas dan aterosklerosis. Obesitas merupakan salah satu penyebab utama hipertensi karena memaksa jantung bekerja lebih keras, meningkatkan tekanan pada arteri, dan kurangnya aktivitas fisik memperburuk kondisi ini. Merokok juga berkontribusi karena bahan kimia dalam rokok merusak pembuluh darah. Obesitas memaksa jantung bekerja lebih keras, meningkatkan tekanan pada arteri, dan kurangnya aktivitas fisik memperburuk kondisi ini3.
Gejala Hipertensi
Pasien hipertensi sering mengalami gejala yang mengganggu seperti pusing, kemarahan, telinga berdengung, kesulitan tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, kelelahan, penglihatan berkunang-kunang, dan kadang-kadang mimisan. Gejala ini disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang memberi beban berlebih pada sistem peredaran darah, mengganggu fungsi normal tubuh. Misalnya, tekanan tinggi dapat menyebabkan penyempitan atau pecahnya pembuluh darah di otak, yang memicu sakit kepala parah. Jika hipertensi tidak diobati, gejala ini bisa memburuk dan disertai mual serta muntah akibat peningkatan tekanan di dalam tengkorak4.
Bahaya Hipertensi
Hipertensi yang tidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan parah pada arteri dan organ vital. Tekanan darah tinggi yang berkepanjangan membuat dinding arteri tebal dan kaku, yang dapat menyempitkan arteri, mengurangi aliran darah dan oksigen ke organ penting, serta berisiko menyebabkan gagal jantung. Jantung yang harus bekerja lebih keras bisa mengalami kelelahan dan akhirnya gagal jantung. Selain itu, hipertensi meningkatkan risiko stroke dengan merusak arteri di otak, yang bisa menyebabkan stroke iskemik atau hemoragik. Hipertensi juga dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal, mengganggu fungsi penyaringan, dan berpotensi menyebabkan gagal ginjal. Selain itu, dapat mempengaruhi mata dengan menyebabkan retinopati hipertensif, yang jika tidak diobati, bisa mengakibatkan gangguan penglihatan serius hingga kebutaan4.
Cara Mengelola Hipertensi
Menurunkan berat badan sangat penting untuk mengelola hipertensi, karena obesitas merupakan penyebab utamanya. Penelitian menunjukkan bahwa berat badan berlebih meningkatkan risiko hipertensi lima kali lipat dibandingkan berat badan ideal, sehingga penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan. Mengurangi konsumsi garam juga penting, karena garam berlebih dapat meningkatkan tekanan darah; batasan yang disarankan adalah kurang dari 5 gram per hari. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, dan hipnosis efektif dalam mengurangi stres dan menurunkan tekanan darah. Olahraga rutin, seperti senam aerobik atau berjalan cepat 30-45 menit, 3-4 kali seminggu, juga membantu mengontrol tekanan darah. Berhenti merokok penting karena zat beracun dalam rokok merusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah5.
Kesimpulan
Hipertensi adalah kondisi yang serius dan perlu dikelola dengan baik untuk mencegah komplikasi seperti penyakit kardiovaskular, stroke, dan kerusakan organ vital. Mengelola hipertensi melibatkan perubahan gaya hidup, termasuk menurunkan berat badan, mengurangi konsumsi garam, melakukan teknik relaksasi, rutin berolahraga, dan berhenti merokok. Kesadaran dan tindakan proaktif terhadap faktor risiko seperti obesitas dan pola makan yang tidak sehat adalah kunci untuk menjaga tekanan darah dalam batas normal dan mencegah dampak buruk jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gabb G. (2020). What is hypertension?. Australian prescriber, 43(4), 108–109. https://doi.org/10.18773/austprescr.2020.025
2. Iqbal AM, Jamal SF. Hipertensi Esensial. [Diperbarui 20 Juli 2023]. Dalam: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 20 Januari 2024. Tersedia dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539859/
3. Purwono, J., Sari, R., Ratnasari, A., Budianto, A., Dharma Wacana Metro, A. K., Muhammdiyah, U., & Lampung, P. (2020). Salt consumption pattern with hypertension in elderly. Jurnal Wacana Kesehatan, 5(1).
4. Falon, A., Ayubbana, S., & Keperawatan Dharma Wacana Metro, A. (2023). Implementation of deep breath relaxation on blood pressure of hypertension patients in the work area of uptd puskesmas inspiring banjarsari metro city. Jurnal Cendikia Muda, 3(1).
5. Tambunan, F., Nurmayni, Rahayu, P., Sari, P., & Sari, S. (2021). Hipertensi Si Pembunuh Senyap “Yuk Kenali Pencegahan dan Penanganannya” (R. Harahap, Ed.; 1st ed., Vol. 1). CV. Pusdikra Mitra Jaya