Petani Kebun Sawit Khawatir Dampak Pabrik PT BMB Tutup, Buah Busuk Dan Merugi

FOTO: Petani kebun sawit (ilustrasi)

PALANGKA RAYA – PT Berkala Maju Bersama (BMB) mempunyai program kemitraan dengan petani  yaitu model bisnis saling menguntungkan. Sejak tahun 2018 lalu, pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) PT BMB merupakan angin segar bagi para petani kebun kelapa sawit di wilayah itu.

Karena para petani kebun mandiri dan plasma, serta 5 koperasi bergantung pada PMKS PT BMB. Di samping wilayah pabrik dekat dan akses jalan mudah, harga jual buah juga sangat bersahabat.

Tetapi sejak penutupan PMKS PT BMB pada (19/06/2023) lalu, perhitungan keuntungan para petani buah sangat tipis, bahkan bisa dibilang merugi. Banyak hasil panen juga akhirnya tidak bisa terjual dan busuk akibat jarak tempuh pabrik di perusahaan lain cukup jauh.

“Biasanya bisa dua kali atau tiga kali antar, ini hanya bisa satu kali saja, karena pabrik perusahan TPA lokasinya jauh, belum lagi antri panjang,” kata Petani kebun kelapa sawit dari Desa SP5, Sanudi (43), Minggu (02/06/2023).

Selain jauh, harga juga tidak seperti di PMKS PT BMB. Sehingga menambah beban petani, yang membuat hasil panen berkurang.

“Saya dan keluarga saya ada kebun, memang kalau dihitung-hitung sangat membantu sekali kalau pabrik PT BMB buka. Kalau tutup seperti ini kami susah, walapun selisih 50 rupiah bagi kami itu sangat berarti,”jelasnya.

Ia juga berharap Pemerintah Kabupaten Gunung Mas, melalui Bupati segera memikirkan kembali penutupan PMKS tersebut. Pejabat daerah agar mencari solusi lain, karena itu berdampak sekali kepada masyarakat terutama yang memiliki lahan kelapa sawit.

Karena menurut Sanudi yang juga pengurus pemerintahan Desa SP5 itu, Pemerintah Kabupaten jangan hanya melihat dari sisi perusahaan saja. Tetapi juga melihat sisi masyarakat di sekitar perusahaan, agar kebijakan Bupati tidak berdampak buruk pada masyarakat.

“Kami berharap cepat dibuka pabrik PT BMB Kembali, ini baru 10 hari setelah penutupan, sudah sangat terasa sekali dampaknya. Karyawan perusahaan jugakan banyak orang kita, kalau mereka diberhentikan mau kerja apa, kalau yang mempunyai keahlian seperti manajer bisa mudah cari kerja ke lain, kalau orang kita seperti sekuriti belum tentu,”tutup pria yang pernah menjadi Kepala Dusun di SP4 ini.

Di Temui terpisah, warga Dusun Bumi Harjo (SP3) Desa Bangun Sari (SP5), Irwan (33) juga merupakan petani kebun kelapa sawit. Ia mengeluh hanya bisa menjual buah satu kali dalam kurun waktu panen. Sehingga buah bisa beberapa hari tidak terangkut.

Penutupan PMKS PT BMB tentu sangat mengkhawatirkan baginya. Karena kondisi buah sudah tidak segar saat dijual ke pabrik, bahkan bisa busuk dan tidak laku. Biaya angkut juga cukup tinggi, sementara harga tidak seperti penjualan di pabrik PT BMB.

“Kalau harga di BMB lumayan lah, jaraknya juga dekat, dan buah tidak pernah sampai tertunda diangkut, kalau pabrik di sana itu, sudah antri panjang, jauh, harganya rendah lagi. Sampai kapan seperti ini?”ujar Irwan dengan raut muka lesu.(RED/ON)

Total Page Visits: 457 - Today Page Visits: 2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *