Ketua Dewan Sebut 10 Tahun Terakhir Banjir Semakin Parah
SAMPIT – Kondisi banjir yang saat ini terjadi di Kalimantan Selatan (Kalsel) turut membuat khawatir sejumlah daerah lain, salah satunya Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) yang belum lama ini juga dilanda banjir besar.
Ketua DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Rinie mengatakan, banjir yang terjadi di Kotim diduga selain karena tingginya intensitas hujan juga karena kurangnya hutan primer penyangga air dikawasan hulu Kotim.
“Kondisi tersebut tidak bisa dibiarkan. Reboisasi dan rehabilitasi terhadap hutan kritis harus dilakukan pemerintah daerah bersama dengan pemerintah pusat. Mengingat dalam 10 tahun terakhir banjir yang melanda Kalteng semakin mengkhawatirkan,” bebernya, Selasa (19/1/2021).
Selain itu dirinya meminta, agar pemerintah kabupaten melalui Dinas Sosial (Dinsos) Kotim selalu memperhatikan stok logistik cadangan yang ada di gudang, baik jumlah maupun masa kada luarsanya.
Hal ini ujarnya, untuk antisipasi terjadinya banjir di Kotim seperti beberapa waktu lalu. Agar jika terjadi banjir, bantuan logistik sudah siap disalurkan segera.
“Pemerintah daerah harus mempersiapkan segala sesuatu untuk penanganan tersebut. Karena kondisi curah hujan di Bulan Januari 2021 ini cukup berpotensi menyebabkan adanya luapan anak sungai maupun sungai induk,” tegasnya.
Terutama dikawasan hulu harus dilakukan antisipasi dan pemantauan berkala, agar bisa diinformasikan kepada warga. Kawasan hulu memang selalu jadi langganan banjir.
“Potensi kecamatan yang paling rawan terjadi banjir berada di wilayah Utara Kotim. Seperti di Kecamatan Antang Kalang, Tualan Hulu, Mentaya Hulu, Bukit Santuai, dan Parenggean. Selain itu, juga di beberapa desa di Kecamatan Cempaga, Cempaga Hulu, dan Kota Besi,” beber Rinie.
Hampir setiap tahun, beberapa desa di kecamatan tersebut, menjadi langganan banjir. Terutama yang berada di dataran rendah dan juga bantaran Sungai Tualan, dan beberapa sungai lainnya.
(re/VB)