Ajarkan Seni dan Budaya Daerah di Sekolah Agar Tak Punah
SAMPIT – Indonesia terkenal sebagai salah satu negara bagian timur yang memiliki beragam adat istiadat serta budaya. Bahkan hal ini menjadi daya tarik bangsa-bangsa lain untuk mengunjungi Indonesia dan mengenalnya lebih dekat.
Namun demikian, seiring berjalannya waktu banyak kebudayaan Indonesia, khususnya di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) yang mulai terlupakan. Sebab para generasi muda lebih banyak menyukai budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia.
Anggota Komisi I DPRD Kotim Abdu Kadir mengatakan, pelestarian budaya ini bisa dilakukan di lingkungan pendidikan. Salah satunya dengan cara sekolah-sekolah mengajarkan tentang seni dan budaya daerah kepada para siswa.
“Tentunya pengenalan akan budaya harus dipadupadankan dengan pengenalan akan pendidikan yang luas. Sebab, budaya membutuhkan pendidikan untuk mengadaptasikannya menjadi suatu bentuk yang lebih menarik dan memiliki ciri khas,” ujarnya, Rabu (10/3/2021).
Lanjut Abdul Kadir, khususnya untuk para generasi muda saat ini jangan sampai melupakan jati diri dan budaya daerah. Yang mana di Kalimantan Sendiri memiliki beragam budaya seperti tarian dan juga bahasa dayak ngaju.
“Mulai berkurangnya pengetahuan dan rasa bangga atas nilai budaya daerah tentu sangat memprihatinkan. Banyak aset budaya daerah yang dulu menjadi kebanggaan, kini mulai luntur digeser oleh sejumlah budaya luar yang belum tentu sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat,” tegasnya.
Sekolah ujarnya, bisa menjadi salah satu wadah untuk dijadikan media dalam usaha pelestarian ini. Karena di sini (sekolah, red) dapat memberikan ruang bagi usaha pelestarian budaya itu. Apalagi sekolah memang diarahkan untuk memberikan sebuah nilai lebih dari sekedar pendidikan formal.
“Kepedulian banyak pihak tentu sangat diharapkan untuk melestarikannya. Khasanah budaya suatu daerah belum menjadi perhatian serius oleh banyak pihak. Baik itu oleh pemerintah daerah maupun masyarakat itu sendiri. Lebih khusus kepada para generasi muda saat ini,” pungkasnya.
(re)